Minggu, 07 April 2019

WAKTU MENYEMBUHKAN LUKA


WAKTU MENYEMBUHKAN LUKA



Waktu dapat menyembuhkan luka. Dulu saat SMA aku sering mendengar kalimat ini di TV, di kelas, bahkan di tempat les. Tetapi, aku tidak pernah percaya dengan kalimat ini. Karena menurutku, jika luka dibadan harus disembuhkan dengan obat maka luka hati berbeda. Kukira luka hati tidak bisa disembuhkan. Karena lukanya yang terlalu dalam sehingga obat apapun tak dapat menjangkaunya. Ku kira jika hati sudah luka karena seseorang, maka sudah seharusnya manusia itu lenyap dari hadapan sang pemilik hati.

Pemikiran yang sungguh kekanakan bukan?
Pemikiran putih abu abu yang taunya hanya mau dimengerti
Pemikiran yang membuat siapapun yang menyakiti hatinya, maka bukan hanya hubungan bersama saja yang putus, tapi hubungan antar manusianya juga putus

Sampai akhirnyaaaaa….
Aku menemukan buktinya sendiri
Menemukan kemanjuran obat bernama WAKTU ini pada luka hati seseorang setelah hampir 4 tahun lepas dari pemikiran putih abu abu. Cukup lama bukan bagiku untuk menyadarinya kemanjuran “OBAT” ini? YA!!! Selama itu pula sang obat alias waktu ini bekerja. Lama memang, tapi ampuh benar.

Hal ini kudapati dan kusaksikan sendiri dari luka hati yang dimiliki sahabatku sejak SMP. FITRI.
Kalau kalian satu SMA denganku dan Fitri, pasti kalian tahu kalau waktu SMA Fitri menjadi cewek dengan julukan TERCOUPLE bahkan fotonya terpampang nyata di buku BTS dengan julukan itu. Ya, dulu Fitri punya pacar yang bernama Theo. Singkat cerita, saat study tour ke Bandung Theo menyatakan cintanya pada Fitri. Jadilah mereka sepasang kekasih yang selalu kemana mana berdua, sampai kita terbiasa dengan kebersamaan mereka. Hingga embel embel ‘cieee’ sudah tidak ada lagi bagi mereka. Karena dimana ada Fitri, pasti ada Theo begitupun sebaliknya. Baik itu berangkat sekolah, dikelas saat pelajaran kosong, dikantin, jam istirahat, pulang sekolah, berangkat les, pulang les. Theo and Fitri together everywhere and anywhere.

Tapi kebersamaan mereka juga berimbas pada kebersamaan kami. YA. Kebersamaan aku, Melati, dan Fitri. Kami yang sudah bersahabat sejak SMP, membuat kami juga selalu bersama sama kemanapun ketika SMA. Hubungan pacaran antara Theo dan Fitri tentu saja tidak membuat hubungan Fitri dengan kami merenggang. Justru, itu membuat kelompok kami kedatangan anggota baru. Yups, tentu saja. Kami sering berkumpul bersama berempatan. Terutama ketika naik kelas 2, aku dan Theo sekelas sedangkan Melati sekelasnya dengan Fitri. Meskipun jarak kelas kami cukup jauh karena aku dan Theo kelas IPA 1 dan Fitri Melati IPA 6, tidak membuat kami berjauhan juga. Aku dan Theo sering berkunjung kekelas Melati dan Fitri untuk sekedar bercerita atau membicarakan hal hal tidak penting disana. Tentu saja Melati dan Fitri duduk semeja. Jadi kalo Aku dan Theo kekelas IPA 6, kita kumpul tuh berempatan. Tapi pembicaraan kami beda, aku tidak pernah tahu pasti apa yang mereka bicarakan karena aku tidak menguping. Tapi dari yang kulihat mereka selalu terlihat bahagia. Bahagia berdasarkan definisiku wkwkwk. Karena Fitri seringkali mendengus dan bete sama Theo lalu memukul mukul kecil yang aku yakin Theo pasti ga pernah kesakitan. Itu karena kelakuannya yang kayaaaa ulet bulu deh pokoknya. Entah ngisengin Fitri lah, ngentutin Fitri lah (jujur, seumur hidup aku kentut Theo adalah yang terbaik. Belum ada yang mengalahkan rekor aromanya deh pokoknya hehe), ngata ngatain Fitri. Pokoknya hubungan mereka sangat santai dan menyenangkan. Disisi lain aku dan Melati membicarakan hal hal yang lebih indah pada masanya. Membahas tentang buku buku novel baru, tentang masa depan lingkungan, tentang keluarga, tentang kehidupan asmara kami masing masing yang cukup rumit pada masanya, dan hal hal tidak penting lainnya.

Selain aku dan Theo yang sering kekelas IPA 6, kalo kelas IPA 6 yang istirahat duluan maka Melati dan Fitri yang datang kekelas IPA 1. Tapi biasanya kalo Fitri dan Melati kekelas, aku dan Melati ngobrolnya di depan meja guru karena kalo dimejaku ribet deh pokoknya wkwk. Nah, Fitri sama Theo ya ngobrolnya didepan kelas dong. Kebetulan depan kelas ku dulu ada semacam kolam ikan gitu. Jadi yaaa cukup romantislah untuk sekedar bercengkrama berduaan hehe. BTW ini kalo gaada pak PH ya, kalo ada pasti pada ngibrit hehehe

Ohiya, selain ngobrol dikelas, kalo waktu istirahat ya kita pasti kekantin juga. Dan kalo ada waktu saat pulang sekolah kami menyempatkan diri untuk bertemu. Ya kalo masalah pulangsih gausah ditanya ya, Fitri pasti diantar sama Theo, sedangkan aku dan Melati diantar abang RB, dan abang B02 (alias nama angkot hehe). Sebenarnya Aku, Melati dan Theo searah. Tapi karena Theo harus menjalankan tugas negara setiap hari, ya aku kalo pulang sama Melati terus deh.



Hmmm.. percaya ga? Saat menuliskan ini, aku flashback lagi kemasa SMA itu yang sangat menyenangkan tapi anehnya kenapa dulu aku selalu ingin cepat cepat lepas ya?

Kembali ke topik utama, jadiiii waktupun berlalu. Kebersamaan kami sebagai anak putih abu abupun berakhir. Kita harus menghadapi kenyataan baru kalo kita punya jalan masing masing dan tujuan hidup yang berbeda. Dulu kami bertiga (aku, Melati dan Fitri) bercita cita menjadi dokter, sedangkan Theo menjadi polisi. Impian yang ketika kita membicarakannya membuat mata kami berbinar. Hehe
Ya, itu lah kenapa kukatakan masa ini sangat indah. Karena kami selalu membayangkan hal hal indah dan membicarakannya sampai akhirnya takdir berkata lain.
Beberapa bulan setelah perjuangan kami masuk PTN dan kedinasan yang kami inginkan akhirnya tak satupun dari impian kami berempat yang terwujud wkwkwk. Sedih? Iyalahhh… aku, Fitri dan Melati bahkan menangis berhari hari karena ditolak di SNMPTN dan SBMPTN. Rasanya mau nyerah aja sama kehidupan. Sampai sampai saat perpisahan informal di Pulau Pari, kita berada pada titik pemikiran bahwa “mending kita nikah aja” ya sedangkal itu pemikiran kami. Sesingkat itu solusi yang kami pikirkan. Hahaha pemikiran putih abu abu yang merasa bahwa ketika menikah maka semua masalah dibumi akan selesai. Apalagi kalo nikahnya sama anak pejabat. Tapi untungnya pemikiran itu hanyalah sebatas pemikiran. Karena pada akhirnya kami sama sama berjuang mencari mimpi baru yang mungkin telah dituliskan Allah untuk kita. Aku tidak pernah tahu gimana Theo menghadapi kesulitannya karena tentu saja gamungkin bagi dia untuk nangis bareng kita hehehe. Intinya sepengelihatanku, Theo selalu terlihat bahagia dan seperti tak ada masalah.

Penemuan mimpipun dimulai, aku pada akhirnya ditakdirkan tuhan untuk masuk sekolah kedinasan Pelayaran STIP Jakarta yang bahkan tak pernah terbayang sedikitpun untuk masuk sana. Melati masuk biologi UI, hingga pada tahun depannya dia mencoba lagi dan akhirnya masuk Farmasi UI lewat jalur SIMAK, Fitri masuk manajemen bisnis di BINUS, dan Theo kuliah di Palembang, hingga pada tahun berikutnya dia mencoba lagi untuk tes akpol dan tetap saja tidak lulus L

Di masa inilah luka itu dimulai. Kebersamaan kami terutama Theo dan Fitri yang jelas jelas LDR, membuat komunikasipun merenggang. Theo dan Fitri mulai sering bertengkar karena masalah kecil hingga masalah besar. Kalo kalian pernah LDR pasti tahu penyakit LDR, ya “CURIGA”. Aku tidak merasakannya. Tapi kurasa itu penyebabnya. Sebagai pihak yang lebih dekat dengan Theo, Theo sering curhat ke aku. Untuk Melati, sebagai pihak yang lebih dekat dengan Fitri, Fitri sering curhat ke Melati. Lalu aku dan Melati yang saling sharing karena yakin benar Fitri dan Theo gaakan saling ngungkapin satu sama lain. Jadi yaa ibaratnya aku dan Melati itu kaya pengacaranya mereka wkwk semacam mediator yang tidak dibayar.
Bukan, bukannya Fitri tidak pernah curhat ke aku, atau Theo tidak pernah curhat ke Melati. Tapi pasti karena mereka juga tahu kalo aku bakal cerita ke Melati begitupun sebaliknya. Lagipula Fitri pernah mengatakan kalo curhatnya ke aku, aku pasti bakal belain Theo wkwk. Sebenarnya bukan belain sih, tapi karena aku tahu masalahnya dari sudut pandangnya Theo, jadi aku mencoba mengerti. Mungkin itu juga yang dirasakan Theo ke Melati. sehingga dia akan curhat ke Melati kalo aku sudah tak dapat menanganinya lagi hehe. Tentu saja, sebagai makhluk yang paling muda tapi paling dewasa di antara kami, Melati selalu punya solusi yang terbaik dan ampuh.

Setelah beberapa kali mediasi diantara kami dengan alat komunikasi seadanya pada masa itu, tak cukup untuk membuat hubungan mereka bertahan. Ego masing masing dan tentu saja masalah yang kurasa memang sulit untuk ditoleransi membuat hubungan Fitri dan Theo harus berakhir. Pasangan legendaris se Sman1tra akhirnya putus. Tak mampu menahan badai yang kian lama kian besar saja. Aku dan Melati sebagai sahabat tentu saja sedih. Selain karena menyayangkan hubungan yang sangat serasi ini, kami juga jadi merenggang. Tentu saja antara Theo dan kami. Fitri tidak akan mau datang kalo ada Theo. Meskipun kurasa tidak dengan sebaliknya. Tapi entah Fitri atau Theo, dengan berakhirnya hubungan mereka,  hubungan kami berempatput tidak baik baik saja. Kami jadi merasa saling canggung satu sama lain. Pembicaraan yang dulunya sesantai itu, jadi tidak lagi karena takut candaanku menyakiti hati Fitri maupun Theo. Intinya saat itu kami tidak baik baik saja. Kami jadi jarang bahkan mungkin tidak pernah main ataupun kumpul berempat. Kecuali chattingan atau sekedar telpon saja Theo benar benar hilang dari kehidupan kami bertiga. Kami lebih sering kumpul dan main bertiga tanpa Theo. Tanpa candaan gelapnya yang kalo udah ngomong tuhhh gak kontrol banget pokoknya wkwk. Kami berempatpun berakhir. Lukanya terlalu dalam. Fitri merasakan luka yang saat itu kurasa tak bisa sembuh begitupun dengan Theo. Aku dan Melati yakin benar mereka masih saling menginginkan tapi seperti yang kita tahu, bahwa bibir sulit setuju dengan hati. Mereka pasti saling menyakiti. Aku yakin. Tapi sebagai sahabat mereka, aku dan Melati hanya bisa membiarkannya. Membiarkan luka tersebut melebar dan menyebar dihati mereka.

WAKTU BERLALU

2 tahun sudah kami lepas dari masa masa SMA kita. Tapi tak menjadikan hubungan kita berakhir. Kita sempat merasa semuanya sudah berakhir hingga Theo kehilangan egonya dan datang kepadaku. Ya. Theo berkata bahwa ia ingin Fitri kembali. Setelah luka yang dia buat, dia mengharapkan luka itu kembali. Seandainya ego itu hilang sejak dulu. Sejak belum melebar menjalar hingga ke akar. Seandainya Theo tidak membuat luka sedalam itu. Mungkin kita akan baik baik saja bukan? Pasti kita sering main berempat atau sekedar nongkrong di parlan untuk menikmati teh Tarik kesukaan kami. Tapi saat itu Fitri yang sudah mencoba berdamai dengan hatinya pun goyah. Saat itu waktu hampir menyembuhkan lukanya. Seorang malaikat baru datang bagi Fitri dan membantunya bangkit. Ya, aku tahu benar. Bahkan malaikatnya yang sekarang sangat menyayangi Fitri. Sebagai sahabat keduanya, aku dan Melati berada di persimpangan jalan. Setelah bertahun tahun kami merenggang, akhirnya kami rutin lagi berkomunikasi. Tapi bukan komunikasi yang kami harapkan. Komunikasi yang tentu saja merobek luka yang hampir kering itu. Fitri masih terluka. Theo tahu benar bahwa meskipun tak bisa bersama seperti dulu lagi, tetapi kita bisa bersama sebagai teman dan sahabat lagi. Tapi sepertinya Fitri belum siap. Fitri belum siap bertemu Theo lagi. Entah. Entah karena belum siap atau karena tak mau mengecewakan malaikat barunya. Tapi sekali lagi kukatakan bahwa Fitri goyah. Pertahanannya yang selama ini dia bangun runtuh begitu saja. Begitupun Theo, aku dan Melati tak bisa melihatnya hancur. Tapi kami juga tak mau melihat Fitri mengingat luka nya. Mungkin ini yang dikatakan ‘RASA YANG TEPAT DIWAKTU YANG SALAH’ saat dimana rasa sayang tidak cukup untuk menyatukan dua insan.
Saat itu, kami kembali hancur. Kami kembali merasa risau seperti 2 tahun lalu. Saat itu kami semua terluka lagi. Karena pernah mengalami ini sebelumnya, kamipun membiarkan segalanya mengalir. Theo tak bisa memaksakan lagi. Fitri juga tak bisa meninggalkan malaikatnya begitu saja. Ya, waktu mendewasakan kami. Kami lebih tenang menghadapi ini.

WAKTU BERLALU

4 tahun kami sudah lepas dari masa SMA. Perkumpulan antara kami bertiga dengan Theo benar benar berakhir. Kami tidak pernah kumpul berempat lagi sejak saat itu. Hingga suatu saat dimana musibah datang bersamaan. Kakekku dan kakeknya Melati meninggal. Kakek yang selalu ada dalam cerita kami. Kakek yang tanpa kehadiran mereka di sekolah sudah cukup membuat kami tertawa. Ya, aku dan Melati hancur saat itu. Kemudian dengan segala kerendahan hati masing masing untuk menurunkan ego, Fitri dan Theo datang melayat. Untuk pertama kalinya kami berkumpul lagi berempat bertatap muka. Kupikir semuanya akan dingin dan canggung. Kurasa tidak. Ternyata semuanya baik baik saja. Kami bisa bicara tentang masa lalu tanpa beban. Menjadikan kisah yang dulunya menyakitkan sebagai bahan lelucon untuk ditertawakan. Hahaha
Hidup kadang selucu itukan? Yang saat ini membuat kita menangis ternyata membuat kita tertawa beberapa tahun kedepan. Waktu memang sehebat itu. Waktu menyembuhkan luka kami. Setelah dipikir piker kenapa harus ada yang meninggal dulu ya baru kita kumpul bareng? Tapi itulah manusia. Tak pernah mencoba sesuatu yang diyakini akan menyakitkan. Kami selalu merasa akan terjadi bencana besar jika kita berkumpul bersama lagi. Tapi nyatanya? TIDAK. Waktu sudah menyembuhkan luka kami sejak lama tanpa kita sadari rupanya. Seandainya kita mencoba dari dulu, mungkin tak butuh 4 tahun untuk menyembuhkan luka itu. Tapi itulah ajaibnya. Waktu menyembuhkan luka kita tanpa kita sadar. TERIMA KASIH WAKTU. Terima kasih untuk menyembukan luka di hati Fitri dan Theo dan kami.

Kini aku percaya bahwa waktu dapat menyembuhkan luka apapun. Kita hanya perlu bersabar dan membiarkan semuanya berjalan apa adanya. Tak perlu dipaksakan. Waktu tahu cara menyembuhkan luka. Tak perlu hubungan seperti semula untuk meyakini jika luka itu sudah sembuh, asalkan kami bisa tertawa bersama lagi kurasa itu cukup. Fitri dan Theo mungkin sudah menemukan malaikatnya masing masing, tapi setidaknya mereka bisa tertawa bersama lagi. Menertawai hal hal yang 4 tahun lalu membuat mereka menangis. Bodoh? TIDAK. Lucu? YAAAAA hahahaha
Sekali lagi



TERIMA KASIH WAKTU
UNTUK SELALU MENYEMBUHKAN SETIAP LUKA DI DUNIA

1 komentar:

KESEDIHAN YANG KOMPLEKS

Hari ini hari Senin, 14 Februari 2022. Cuaca sedang sangat ekstrim hingga sebagian besar penghuni bumi mengalami flu. Ya, sebagian besar. Mu...