WAKTU MENYEMBUHKAN LUKA
Waktu dapat menyembuhkan luka. Dulu saat SMA aku
sering mendengar kalimat ini di TV, di kelas, bahkan di tempat les. Tetapi, aku
tidak pernah percaya dengan kalimat ini. Karena menurutku, jika luka dibadan harus
disembuhkan dengan obat maka luka hati berbeda. Kukira luka hati tidak bisa
disembuhkan. Karena lukanya yang terlalu dalam sehingga obat apapun tak dapat
menjangkaunya. Ku kira jika hati sudah luka karena seseorang, maka sudah
seharusnya manusia itu lenyap dari hadapan sang pemilik hati.
Pemikiran yang sungguh kekanakan bukan?
Pemikiran putih abu abu yang taunya hanya mau
dimengerti
Pemikiran yang membuat siapapun yang menyakiti
hatinya, maka bukan hanya hubungan bersama saja yang putus, tapi hubungan antar
manusianya juga putus
Sampai akhirnyaaaaa….
Aku menemukan buktinya sendiri
Menemukan kemanjuran obat bernama
WAKTU ini pada luka hati seseorang setelah hampir 4 tahun lepas dari pemikiran
putih abu abu. Cukup lama bukan bagiku untuk menyadarinya kemanjuran “OBAT” ini?
YA!!! Selama itu pula sang obat alias waktu ini bekerja. Lama memang, tapi
ampuh benar.
Hal ini kudapati dan kusaksikan
sendiri dari luka hati yang dimiliki sahabatku sejak SMP. FITRI.
Kalau kalian satu SMA denganku dan
Fitri, pasti kalian tahu kalau waktu SMA Fitri menjadi cewek dengan julukan
TERCOUPLE bahkan fotonya terpampang nyata di buku BTS dengan julukan itu. Ya,
dulu Fitri punya pacar yang bernama Theo. Singkat cerita, saat study tour ke
Bandung Theo menyatakan cintanya pada Fitri. Jadilah mereka sepasang kekasih
yang selalu kemana mana berdua, sampai kita terbiasa dengan kebersamaan mereka.
Hingga embel embel ‘cieee’ sudah tidak ada lagi bagi mereka. Karena dimana ada
Fitri, pasti ada Theo begitupun sebaliknya. Baik itu berangkat sekolah, dikelas
saat pelajaran kosong, dikantin, jam istirahat, pulang sekolah, berangkat les,
pulang les. Theo and Fitri together everywhere and anywhere.
Tapi kebersamaan mereka juga
berimbas pada kebersamaan kami. YA. Kebersamaan aku, Melati, dan Fitri. Kami
yang sudah bersahabat sejak SMP, membuat kami juga selalu bersama sama
kemanapun ketika SMA. Hubungan pacaran antara Theo dan Fitri tentu saja tidak
membuat hubungan Fitri dengan kami merenggang. Justru, itu membuat kelompok
kami kedatangan anggota baru. Yups, tentu saja. Kami sering berkumpul bersama
berempatan. Terutama ketika naik kelas 2, aku dan Theo sekelas sedangkan Melati
sekelasnya dengan Fitri. Meskipun jarak kelas kami cukup jauh karena aku dan
Theo kelas IPA 1 dan Fitri Melati IPA 6, tidak membuat kami berjauhan juga. Aku
dan Theo sering berkunjung kekelas Melati dan Fitri untuk sekedar bercerita
atau membicarakan hal hal tidak penting disana. Tentu saja Melati dan Fitri
duduk semeja. Jadi kalo Aku dan Theo kekelas IPA 6, kita kumpul tuh berempatan.
Tapi pembicaraan kami beda, aku tidak pernah tahu pasti apa yang mereka
bicarakan karena aku tidak menguping. Tapi dari yang kulihat mereka selalu
terlihat bahagia. Bahagia berdasarkan definisiku wkwkwk. Karena Fitri
seringkali mendengus dan bete sama Theo lalu memukul mukul kecil yang aku yakin
Theo pasti ga pernah kesakitan. Itu karena kelakuannya yang kayaaaa ulet bulu
deh pokoknya. Entah ngisengin Fitri lah, ngentutin Fitri lah (jujur, seumur
hidup aku kentut Theo adalah yang terbaik. Belum ada yang mengalahkan rekor
aromanya deh pokoknya hehe), ngata ngatain Fitri. Pokoknya hubungan mereka
sangat santai dan menyenangkan. Disisi lain aku dan Melati membicarakan hal hal
yang lebih indah pada masanya. Membahas tentang buku buku novel baru, tentang
masa depan lingkungan, tentang keluarga, tentang kehidupan asmara kami masing
masing yang cukup rumit pada masanya, dan hal hal tidak penting lainnya.
Selain aku dan Theo yang sering
kekelas IPA 6, kalo kelas IPA 6 yang istirahat duluan maka Melati dan Fitri
yang datang kekelas IPA 1. Tapi biasanya kalo Fitri dan Melati kekelas, aku dan
Melati ngobrolnya di depan meja guru karena kalo dimejaku ribet deh pokoknya
wkwk. Nah, Fitri sama Theo ya ngobrolnya didepan kelas dong. Kebetulan depan
kelas ku dulu ada semacam kolam ikan gitu. Jadi yaaa cukup romantislah untuk
sekedar bercengkrama berduaan hehe. BTW ini kalo gaada pak PH ya, kalo ada
pasti pada ngibrit hehehe
Ohiya, selain ngobrol dikelas, kalo
waktu istirahat ya kita pasti kekantin juga. Dan kalo ada waktu saat pulang
sekolah kami menyempatkan diri untuk bertemu. Ya kalo masalah pulangsih gausah
ditanya ya, Fitri pasti diantar sama Theo, sedangkan aku dan Melati diantar
abang RB, dan abang B02 (alias nama angkot hehe). Sebenarnya Aku, Melati dan
Theo searah. Tapi karena Theo harus menjalankan tugas negara setiap hari, ya
aku kalo pulang sama Melati terus deh.
Hmmm.. percaya ga? Saat menuliskan
ini, aku flashback lagi kemasa SMA itu yang sangat menyenangkan tapi anehnya
kenapa dulu aku selalu ingin cepat cepat lepas ya?
Kembali ke topik utama, jadiiii
waktupun berlalu. Kebersamaan kami sebagai anak putih abu abupun berakhir. Kita
harus menghadapi kenyataan baru kalo kita punya jalan masing masing dan tujuan
hidup yang berbeda. Dulu kami bertiga (aku, Melati dan Fitri) bercita cita
menjadi dokter, sedangkan Theo menjadi polisi. Impian yang ketika kita
membicarakannya membuat mata kami berbinar. Hehe
Ya, itu lah kenapa kukatakan masa
ini sangat indah. Karena kami selalu membayangkan hal hal indah dan
membicarakannya sampai akhirnya takdir berkata lain.
Beberapa bulan setelah perjuangan
kami masuk PTN dan kedinasan yang kami inginkan akhirnya tak satupun dari
impian kami berempat yang terwujud wkwkwk. Sedih? Iyalahhh… aku, Fitri dan
Melati bahkan menangis berhari hari karena ditolak di SNMPTN dan SBMPTN.
Rasanya mau nyerah aja sama kehidupan. Sampai sampai saat perpisahan informal
di Pulau Pari, kita berada pada titik pemikiran bahwa “mending kita nikah aja”
ya sedangkal itu pemikiran kami. Sesingkat itu solusi yang kami pikirkan.
Hahaha pemikiran putih abu abu yang merasa bahwa ketika menikah maka semua
masalah dibumi akan selesai. Apalagi kalo nikahnya sama anak pejabat. Tapi
untungnya pemikiran itu hanyalah sebatas pemikiran. Karena pada akhirnya kami
sama sama berjuang mencari mimpi baru yang mungkin telah dituliskan Allah untuk
kita. Aku tidak pernah tahu gimana Theo menghadapi kesulitannya karena tentu
saja gamungkin bagi dia untuk nangis bareng kita hehehe. Intinya
sepengelihatanku, Theo selalu terlihat bahagia dan seperti tak ada masalah.
Penemuan mimpipun dimulai, aku pada
akhirnya ditakdirkan tuhan untuk masuk sekolah kedinasan Pelayaran STIP Jakarta
yang bahkan tak pernah terbayang sedikitpun untuk masuk sana. Melati masuk
biologi UI, hingga pada tahun depannya dia mencoba lagi dan akhirnya masuk
Farmasi UI lewat jalur SIMAK, Fitri masuk manajemen bisnis di BINUS, dan Theo
kuliah di Palembang, hingga pada tahun berikutnya dia mencoba lagi untuk tes
akpol dan tetap saja tidak lulus L
Di masa inilah luka itu dimulai.
Kebersamaan kami terutama Theo dan Fitri yang jelas jelas LDR, membuat
komunikasipun merenggang. Theo dan Fitri mulai sering bertengkar karena masalah
kecil hingga masalah besar. Kalo kalian pernah LDR pasti tahu penyakit LDR, ya
“CURIGA”. Aku tidak merasakannya. Tapi kurasa itu penyebabnya. Sebagai pihak
yang lebih dekat dengan Theo, Theo sering curhat ke aku. Untuk Melati, sebagai
pihak yang lebih dekat dengan Fitri, Fitri sering curhat ke Melati. Lalu aku
dan Melati yang saling sharing karena yakin benar Fitri dan Theo gaakan saling ngungkapin
satu sama lain. Jadi yaa ibaratnya aku dan Melati itu kaya pengacaranya mereka
wkwk semacam mediator yang tidak dibayar.
Bukan, bukannya Fitri tidak pernah
curhat ke aku, atau Theo tidak pernah curhat ke Melati. Tapi pasti karena
mereka juga tahu kalo aku bakal cerita ke Melati begitupun sebaliknya. Lagipula
Fitri pernah mengatakan kalo curhatnya ke aku, aku pasti bakal belain Theo
wkwk. Sebenarnya bukan belain sih, tapi karena aku tahu masalahnya dari sudut
pandangnya Theo, jadi aku mencoba mengerti. Mungkin itu juga yang dirasakan
Theo ke Melati. sehingga dia akan curhat ke Melati kalo aku sudah tak dapat
menanganinya lagi hehe. Tentu saja, sebagai makhluk yang paling muda tapi
paling dewasa di antara kami, Melati selalu punya solusi yang terbaik dan
ampuh.
Setelah beberapa kali mediasi
diantara kami dengan alat komunikasi seadanya pada masa itu, tak cukup untuk
membuat hubungan mereka bertahan. Ego masing masing dan tentu saja masalah yang
kurasa memang sulit untuk ditoleransi membuat hubungan Fitri dan Theo harus
berakhir. Pasangan legendaris se Sman1tra akhirnya putus. Tak mampu menahan badai
yang kian lama kian besar saja. Aku dan Melati sebagai sahabat tentu saja
sedih. Selain karena menyayangkan hubungan yang sangat serasi ini, kami juga jadi
merenggang. Tentu saja antara Theo dan kami. Fitri tidak akan mau datang kalo
ada Theo. Meskipun kurasa tidak dengan sebaliknya. Tapi entah Fitri atau Theo,
dengan berakhirnya hubungan mereka,
hubungan kami berempatput tidak baik baik saja. Kami jadi merasa saling
canggung satu sama lain. Pembicaraan yang dulunya sesantai itu, jadi tidak lagi
karena takut candaanku menyakiti hati Fitri maupun Theo. Intinya saat itu kami
tidak baik baik saja. Kami jadi jarang bahkan mungkin tidak pernah main ataupun
kumpul berempat. Kecuali chattingan atau sekedar telpon saja Theo benar benar
hilang dari kehidupan kami bertiga. Kami lebih sering kumpul dan main bertiga
tanpa Theo. Tanpa candaan gelapnya yang kalo udah ngomong tuhhh gak kontrol
banget pokoknya wkwk. Kami berempatpun berakhir. Lukanya terlalu dalam. Fitri
merasakan luka yang saat itu kurasa tak bisa sembuh begitupun dengan Theo. Aku
dan Melati yakin benar mereka masih saling menginginkan tapi seperti yang kita
tahu, bahwa bibir sulit setuju dengan hati. Mereka pasti saling menyakiti. Aku
yakin. Tapi sebagai sahabat mereka, aku dan Melati hanya bisa membiarkannya.
Membiarkan luka tersebut melebar dan menyebar dihati mereka.
WAKTU BERLALU
2 tahun sudah kami lepas dari masa
masa SMA kita. Tapi tak menjadikan hubungan kita berakhir. Kita sempat merasa
semuanya sudah berakhir hingga Theo kehilangan egonya dan datang kepadaku. Ya.
Theo berkata bahwa ia ingin Fitri kembali. Setelah luka yang dia buat, dia
mengharapkan luka itu kembali. Seandainya ego itu hilang sejak dulu. Sejak
belum melebar menjalar hingga ke akar. Seandainya Theo tidak membuat luka
sedalam itu. Mungkin kita akan baik baik saja bukan? Pasti kita sering main
berempat atau sekedar nongkrong di parlan untuk menikmati teh Tarik kesukaan
kami. Tapi saat itu Fitri yang sudah mencoba berdamai dengan hatinya pun goyah.
Saat itu waktu hampir menyembuhkan lukanya. Seorang malaikat baru datang bagi
Fitri dan membantunya bangkit. Ya, aku tahu benar. Bahkan malaikatnya yang
sekarang sangat menyayangi Fitri. Sebagai sahabat keduanya, aku dan Melati
berada di persimpangan jalan. Setelah bertahun tahun kami merenggang, akhirnya
kami rutin lagi berkomunikasi. Tapi bukan komunikasi yang kami harapkan.
Komunikasi yang tentu saja merobek luka yang hampir kering itu. Fitri masih
terluka. Theo tahu benar bahwa meskipun tak bisa bersama seperti dulu lagi,
tetapi kita bisa bersama sebagai teman dan sahabat lagi. Tapi sepertinya Fitri
belum siap. Fitri belum siap bertemu Theo lagi. Entah. Entah karena belum siap
atau karena tak mau mengecewakan malaikat barunya. Tapi sekali lagi kukatakan
bahwa Fitri goyah. Pertahanannya yang selama ini dia bangun runtuh begitu saja.
Begitupun Theo, aku dan Melati tak bisa melihatnya hancur. Tapi kami juga tak
mau melihat Fitri mengingat luka nya. Mungkin ini yang dikatakan ‘RASA YANG
TEPAT DIWAKTU YANG SALAH’ saat dimana rasa sayang tidak cukup untuk menyatukan
dua insan.
Saat itu, kami kembali hancur. Kami
kembali merasa risau seperti 2 tahun lalu. Saat itu kami semua terluka lagi.
Karena pernah mengalami ini sebelumnya, kamipun membiarkan segalanya mengalir.
Theo tak bisa memaksakan lagi. Fitri juga tak bisa meninggalkan malaikatnya
begitu saja. Ya, waktu mendewasakan kami. Kami lebih tenang menghadapi ini.
WAKTU BERLALU
4 tahun kami sudah lepas dari masa
SMA. Perkumpulan antara kami bertiga dengan Theo benar benar berakhir. Kami
tidak pernah kumpul berempat lagi sejak saat itu. Hingga suatu saat dimana musibah
datang bersamaan. Kakekku dan kakeknya Melati meninggal. Kakek yang selalu ada
dalam cerita kami. Kakek yang tanpa kehadiran mereka di sekolah sudah cukup
membuat kami tertawa. Ya, aku dan Melati hancur saat itu. Kemudian dengan
segala kerendahan hati masing masing untuk menurunkan ego, Fitri dan Theo
datang melayat. Untuk pertama kalinya kami berkumpul lagi berempat bertatap
muka. Kupikir semuanya akan dingin dan canggung. Kurasa tidak. Ternyata
semuanya baik baik saja. Kami bisa bicara tentang masa lalu tanpa beban.
Menjadikan kisah yang dulunya menyakitkan sebagai bahan lelucon untuk
ditertawakan. Hahaha
Hidup kadang selucu itukan? Yang
saat ini membuat kita menangis ternyata membuat kita tertawa beberapa tahun
kedepan. Waktu memang sehebat itu. Waktu menyembuhkan luka kami. Setelah
dipikir piker kenapa harus ada yang meninggal dulu ya baru kita kumpul bareng?
Tapi itulah manusia. Tak pernah mencoba sesuatu yang diyakini akan menyakitkan.
Kami selalu merasa akan terjadi bencana besar jika kita berkumpul bersama lagi.
Tapi nyatanya? TIDAK. Waktu sudah menyembuhkan luka kami sejak lama tanpa kita
sadari rupanya. Seandainya kita mencoba dari dulu, mungkin tak butuh 4 tahun
untuk menyembuhkan luka itu. Tapi itulah ajaibnya. Waktu menyembuhkan luka kita
tanpa kita sadar. TERIMA KASIH WAKTU. Terima kasih untuk menyembukan luka di
hati Fitri dan Theo dan kami.
Kini aku percaya bahwa waktu dapat
menyembuhkan luka apapun. Kita hanya perlu bersabar dan membiarkan semuanya
berjalan apa adanya. Tak perlu dipaksakan. Waktu tahu cara menyembuhkan luka.
Tak perlu hubungan seperti semula untuk meyakini jika luka itu sudah sembuh,
asalkan kami bisa tertawa bersama lagi kurasa itu cukup. Fitri dan Theo mungkin
sudah menemukan malaikatnya masing masing, tapi setidaknya mereka bisa tertawa bersama
lagi. Menertawai hal hal yang 4 tahun lalu membuat mereka menangis. Bodoh?
TIDAK. Lucu? YAAAAA hahahaha
Sekali lagi
TERIMA KASIH WAKTU
UNTUK SELALU MENYEMBUHKAN SETIAP
LUKA DI DUNIA
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus