Selasa, 13 November 2018

EKSPEDISI MR GEPENG


EKSPEDISI MR GEPENG

Kalian tau Mr Gepeng itu siapa? Kalo masa kecil kalian hobi gosip horor dikelas, pasti kalian tau Mr Gepeng itu siapa
YA…
Mr Gepeng itu hantu kamar mandi berbadan gepeng, yang kami percayai badannya gepeng karena terjepit pintu lift. Hahaha. Sampai sekarang aku masih belum mengerti apa korelasi antara orang yang terjepit pintu lift, lalu menjadi gepeng, lalu menjadi hantu yang tidak menghantui lift tapi justru menghantui kamar mandi. Mungkin dia bertransmigrasi ke wilayah wilayah di dalam sebuah bangunan yang lebih sepi penghuninya, mungkin juga karena dia tergusur oleh suster ngesot, Sadako atau kuntilanak yang kehadirannya semakin eksis di berbagai tempat. Bisa jadi karena Mr Gepeng ingin memiliki teritorinya sendiri. Seperti hantu anak kecil yang identik dengan ayunan yang bergoyang, mungkin Mr Gepeng juga ingin di identikan dengan kamar mandi. Ya… mungkin saja
Sampai sekarang aku belum tau bagaimana bentuk Mr Gepeng yang sesungguhnya. Tapi… apa kalian tahu Mike Teavee di film Charlie and the Chocolate Factory? Ya, dia seorang anak kecil yang terjebak dalam sebuah channel di plasma tv milik Willy Wonka karena kesombongannya dan berakhir dengan badannya yang harus digepengkan? Ya, untuk membayangkan Mr Gepeng pada masa lalu aku membayangkan Mike Teavee mengenakan setelan kantoran yang sudah urakan dan robek robek dibagian kemeja dan celananya. Dasi yang sudah mau copot dan air liur yang bercampur darah menetes dari mulutnya. Aku tidak tahu kenapa aku membayangkannya seperti itu. Tapi meskipun kedengarannya lucu, dulu aku selalu takut ke kamar mandi sendirian di malam hari. Dan kalaupun sendirian, aku selalu membuka pintunya dan memperhatikan samping kanan kiri, menengok kebelakang, ke bawah dan keatas berkali kali, lalu cepat cepat keluar kamar mandi. Memastikan bahwa aku tidak harus bertemu Mr Gepeng saat itu.
Tapi itu tidak berlangsung lama. Ada satu masa dimana rasa penasaran akan sosok Mr Gepeng mengalahkan ketakutan kami, siswa/i SMPN tempat aku sekolah di Tangerang. Saat itu kami kelas 8 SMP. Di sekolahku memang terkenal dengan beberapa kisah mistis. Mulai dari noni Belanda, kuburan dibelakang kelasku waktu kelas 7, kelas sakral tempat dikerangkengnya semua makhluk halus disekolah, yang jika dibuka maka semua makhluk halus tersebut akan gentayangan disekitaran sekolah. Dan masih banyak lagi, salah satunya ya Mr Gepeng itu. Kami memercayai bahwa Mr Gepeng tidak eksis disemua kamar mandi disekolah, tapi ada di kamar mandi kelas 7 yang letaknya ada di lantai satu sederetan dengan kelas 7 di gedung sebelah kiri jika masuk dari pintu gerbang. Alhasil, waktu kelas 7, aku lebih rela antri di kamar mandi dekat kantin yang baunya… sulit dideskripsikan daripada harus kekamar mandi itu. Tapi rasa takut kami berempat saat itu kalah dengan rasa penasaran kami setelah kami mendengar beberapa mitos tentang cara memanggil Mr Gepeng.
Aku lupa saat itu hari apa, dan bulan apa. Tapi yang aku ingat, saat itu kami belum lama menginjakan kaki sebagai kelas 8. Aku, dan ketiga temanku yang namanya aku samarkan menjadi Jaja, Jojo, dan Jali. Ya semua ide ini berasal dari Jaja setelah kelas kami bergosip tentang kamar mandi kelas 7 yang katanya menjadi teritori sang Mr Gepeng. Hal ini bukan tanpa alasan. Sudah bukan rahasia lagi bahwa kamar mandi itu sering berderik dan terbuka sendiri. Bahkan kadang tertutup rapat dan tidak bisa dibuka, tapi setelah ditunggu beberapa lama teryata tidak ada orang didalamnya. Cerita cerita mistis tentang kamar mandi itupun membuat rasa penasaran kami menjadi sebuah ide baru untuk melakukan ekspedisi kamar mandi. Ya… “EKSPEDISI MR GEPENG”
Saat itu hari siang, dan kami mengenakan baju bebas. Jadi aku yakin itu pasti bukan jam sekolah. Mungkin sudah agak sore, mungkin juga hari ekskul atau saat kami belajar kelompok. Jaja setelah mencari tahu bagaimana cara memanggil Mr Gepeng, dia mendiskusikannya dengan kami. Dia memberitahu bahwa untuk memanggil Mr Gepeng, kita harus jalan 7 langkah kedepan membelakangi pintu kamar mandi, lalu mundur 7 langkah dan kaki kanan menendang pintu kamar mandi yang tertutup tanpa menoleh kebelakang. Begitulah saat itu pikiran remaja remaja tanggung untuk memanggil Mr Gepeng. Padahal, kalau sudah dipanggil pun, kami ga tau juga mau ngapain sama Mr Gepeng. Mungkin kami akan mengajak kenalan, mungkin juga kami mengajaknya berkeliling sekolah di hari yang cerah itu supaya Mr Gepeng tidak bosan dengan suasana kamar mandi dan mengajaknya makan mie eceu, otak otak eceu, gorengan eceu, dan makanan makanan eceu eceu dan mamang mamang di sekolahku yang tidak ada tandingannya. Terutama mie eceu, dan minuman eceu centil yang sangat menyegarkan. Hmm… membayangkannya membuatku ingin kesana, hehe. Makanan di SMP tempatku bersekolah pasti akan membuat Mr Gepeng ketagihan dan menaikkan sedikit berat badannya agar tidak sekurus yang kami bayangkan.
EKSPEDISIPUN DIMULAI…
Jojo, sebagai salah satu temanku yang hpnya paling canggih pada masanya, menyiapkan ponselnya untuk memvideokan ekspedisi kami. Sebut saja Jojo adalah cameramen. Jaja sebagai pemilik ide dan metode sebagai pengarah, sebut saja sutradara. Dan Jali sebagai yang paling ikut ikutan saja dalam ekspedisi ini, menjadi provokator yang membuatku harus berakhir sebagai pemain yang harus melakukan ritual memanggil Mr Gepeng. Ya, jail menjadi orang yang membantu Jojo dan Jaja dan aku dalam ekspedisi ini. Sebut saja dia anak bawang yang menyebalkan-_-
Akupun mau tak mau, melakukan ritual tersebut. Awalnya Jaja memastikan bahwa kamar mandi kosong dan tidak ada apapun hal aneh didalamnya. Jojo memastikan bahwa kamera hpnya menyala dan melakukan perekaman berkali kali. Jali membantu Jojo menutup pintu kamar mandi. Karena anehnya, saat itu pintu kamar mandi tidak bisa tertutup. Ciiittt… pintu kamar mandi kembali terbuka setelah beberapa kali coba ditutup oleh Jaja dan Jali. Merekapun mengeluarkan tenaga dalamnya dan akhirnya Pintu tertutup rapat. Setelah pintu kamar mandi siap tertutup, mereka pun melakukan briefing pada ku. Ha… kalua inget masa itu rasanya aneh sekali. kenapa aku mau saja ya? Hahahahaha
Jaja dan Jali berdiri di belakang Jojo yang bersiap merekamku. Aku pun mulai melakukan ritual pemanggilan Mr Gepeng. Aku maju 7 langkah, satu… dua… tujuh… lalu mundur satu… dua… tujuh… dan BRAK. Aku menendang pintu kamar mandi dengan sekuat tenaga tanpa menoleh. Akupun berlari sekuat tenaga, karena takut tiba tiba Mr Gepeng nemplok dipunggungku. Jaja, Jali dan Jojo juga berlari kelimpungan saat itu. Tapi beberapa langkah setelah kami lari, kami menoleh kebelakang dan pintu kamar mandi masih tertutup.
JENG JENG
Aku yakin benar bahwa aku menendangnya dengan sekuat tenaga. Tapi ini aneh sekali karena pintunya tidak bergerak sedikitpun. Jajapun kembali menyuruhku melakukan ritual untuk yang kedua kalinya. Dan entah mengapa aku mau lagi. Akupun kembali beraksi depan kamera hp yang dipegang oleh Jojo. Kali ini Jaja dan Jali mengarahkanku dengan pelan pelan. Memastikan aku melakukannya dengan benar. Aku maju lagi. Satu… dua… tujuh… lalu mundur satu… dua… tujuh.. dan JEBRAAAAKKKKK… kali ini aku yakin benar bahwa aku menendangnya dengan sangat kencang hingga saat aku menoleh sedikit, pintunya melakukan pergerakan. Dan TERNYATA… CETREK… pintu kamar mandi itu patah dari engselnya. ASTAGAA… entah karena terlalu kuat aku menendangnya atau apa, tapi satu hal yang pasti. Bahwa pintu kamar mandi itu patah dan rusak. Akudan ketiga teman ekspedisiku mulai merasa panik. Bagaimana tidak, kami anak kelas 8 SMP baru saja melakukan ekspedisi aneh yang menyebabkan patahnya pintu kamar mandi. Jojo sebagai orang yang paling tenang di antara kami, mulai menenangkan bahwa selama kami diam saja, pasti tidak ada seorangpun tahu tentang kejadian ini. Kamipun percaya, dan hari hari berlalu seperti biasa.
Dari yang aku ingat, sampai aku lulus SMP, pintu kamar mandi itu belum juga diperbaiki. Mungkin karena memang kamar mandi itu jarang digunakan. Tapi satu hal yang patut kami berempat syukuri adalah pihak sekolah tidak pernah mencari tahu siapa tersangka pelaku perusakan pintu kamar mandi. Setelah 8 tahun, aku tiba tiba saja kembali memikirkannya. Ternyata rasa penasaran anak remaja saat itu begitu besar dan menurutku cukup aneh. Jika aku kembali kemasa itu lagi, aku mungkin saja tidak bisa berjanji bahwa aku tidak melakukannya lagi, hehehe… untuk Jaja, Jojo dan Jali, terima kasih atas ide dan kontribusi kalian untuk membuat masa SMP ku lebih berwarna. Ku harap kalian juga menyesalinya. Karena meskipun ini hal yang lucu, tetapi adalah sebuah kesalahan untuk merusak fasilitas sekolah.

EKSPEDISI MR GEPENG BERAKHIR
Sampai jumpa di ekspedisi ekspedisi selanjutnya.. DAAAAHHH… ^_^

PS :  cerita ini dibuat setelah aku tidak sengaja melihat video dari 8 tahun lalu yang divideokan oleh Jojo dan ternyata dia upload ke youtube. Terima kasih jojo atas dokumentasinya😊

Selasa, 06 November 2018

WAIT YOU


WAIT YOU

Aku disini…
Aku menunggu lamaaa sekali…

Aku duduk diatas papan kayu yang sengaja ditancapkan diantara pohon rindang berbunga kecil kuning yang saat itu daunnya sedang kering berguguran. Angin bertiup kencang sekali. Membuatku sibuk menghitung jumlah daun yang berserakan didepanku. Lebih tepatnya, aku menyibukkan diriku.
Suasana sudah begitu rindang, pepohonan seperti sedang bercengkrama dan saling menyapa. Dahannya seperti sedang menari nari. Aroma daun dan bunga kuning yang berjatuhan juga tercium khas sekali. Aku suka baunya. Suka sekali. Sedikit menenangkan pikiranku yang sepertinya mulai kacau. Beberapa burung gereja juga seperti sibuk sekali entah mau apa. Aku pusing sendiri melihat meraka. Hmmm… udara terasa semakin dingin. Entah sejak kapan aku berada disitu. Dari yang kuingat saat datang, cuaca masih terik sekali. Angin belum bertiup kencang, daunpun belum banyak berguguran. Orang orang belum banyak berlalu lalang dihadapanku. Sesekali ditengah kesibukkanku menghitung daun, aku memperhatikan orang orang yang lewat maupun duduk duduk sambil memperhatikan kearah danau bersama keluarga atau kekasihnya masing masing.

Aku cukup risih karena kurasa sepasang anak kecil berumur sekitar 8 tahun yang sedang duduk diatas sepada yang sedang mereka parkir ditepi danau, terus memperhatikanku sambil sesekali menjilati es krim yang mulai meleleh ditangannya. Aku merasa sedikit tersindir. Mereka seperti sedang mengejekku, tersenyum kearahku. Entah apa yang mereka perhatikan dariku. Ah, untung saja mereka anak kecil. Atau mungkin aku saja yang sedikit sensitive. Kurasa anak tadi sedang bingung kenapa aku hanya duduk saja dibawah pohon itu tanpa melakukan apa apa hingga kurasa bunga kuning yang berguguran sudah mulai menempel di rambut panjang yang sengaja aku tata rapi sebelum kesini. Kuperhatikan lagi jam tangan hitam yang melingkar ditangan kananku. Pukul 16.00 WIB. Dari yang kuingat, aku pamit sama bunda pukul 12.30 WIB setelah bunda melarangku pergi tengah hari sebelum makan siang dan sholat dzuhur. Dari yang kuperkirakan jarak rumahku ke danau ini sekitar 15 menit dengan berjalan kaki. Itu artinya aku sudah lebih dari 3 jam duduk terpaku disini. Pantas saja anak kecil ini merasa heran padaku. Burung gereja yang sedari tadi berlalu lalangpun kurasa sedang merasa bingung dengan keberadaanku. Aku mengabaikan mereka. Aku mengabaikan semuanya. Aku tak perlu peduli dengan yang dipikirkan anak kecil ini, ataupun apa yang dipikirkan burung burung itu tentangku. Setidaknya aku berusaha untuk tidak peduli dan terus fokus pada daun yang kuhitung saja.

Ya…
Aku terbiasa..
Aku terlalu terbiasa menunggu

Aku tak apa. Akupun tak peduli dengan yang orang katakan atau pikirkan tentangku. Sungguh aku tak peduli. Atau setidaknya, aku berusaha untuk tidak peduli.

Sepertinya aku mulai tidak fokus pada daun daun ini. Aku mulai memperhatikan kearah jalan yang dilalui motor dan mobil. Sebagian merapat sebentar untuk mengambil beberapa gambar ditepi danau ini, sebagian lagi sengaja parkir untuk bertamasya disini. Ya kuingat hari ini adalah hari Sabtu. Jadi wajar saja jika semakin waktu danau ini semakin ramai. Para pedagang makanan juga mulai menyusun makanan yang dijajajakannya. Tak lupa para pedagang juga menyiapkan beberapa kursi bakso untuk para pelanggannya yang makan disana. Sepertinya sebentar lagi lampu danau akan dinyalakan. Akupun tanpa sadar melupakan daun daun yang sudah kuhitung sejak tadi. Aku terus memperhatikan motor dan mobil yang berjalan melambat di tepi danau, aku berharap dari beberapa mobil dan motor yang parkir disana keluar seseorang yang kutunggu sejak tadi.

Aku merasa konyol sekali… aku melihat kearah ponsel dan berharap dia mengirimiku pesan tentang alasan kenapa dia terlambat. Aku bahkan berharap terjadi sesuatu padanya. Tapi kemudian aku berharap bahwa dia baik baik saja. Dan berharap bahwa dia sedang mengemudi dan macet sekali. Hingga akhirnya aku beranikan diri untuk meneleponnya. Dengan ragu ragu kutekan tombol hijau diponselku. Sebenarnya aku tak mau jadi orang yang mengganggu seperti ini. Tapi aku sudah terlalu banyak menghitung daun hari ini. Aku bosan sekali.

“Nomor yang anda hubungi sedang sibuk.”

Dia sedang menelepon siapa? Siapa yang dia hubungi sampai dia lupa bahwa ada orang yang sudah menunggunya selama berjam jam disini? Buru buru kumatikan ponselku. Merasa tak kuat lagi dengan suara tante yang sejak tadi mengatakan bahwa nomor yang kuhubungi sedang sibuk. Akupun bangun dari papan yang kududuki sejak berjam jam lalu. Kulihat ada tukang es krim tak jauh dari anak kecil yang memperhatikanku tadi. Aku bergegas kearah sana dan meminta es krim yang sama dengan kedua anak kecil itu. tanpa sadar langkahku terasa menjadi sangat berat dan lemas. Aku terus menjilati eskrimku sambil berjalan mejauhi danau dan anak kecil yang sekarang sedang berkeliling naik sepeda karena kurasa es krimnya sudah habis.

TESSS…

Kurasa pipiku terkena tetesan air. Hari memang sudah sore, tapi belum cukup mendung untuk menurunkan gerimisnya. Aku malu mengakuinya, tapi kurasa aku menangis. Tidak, ini memang bukan menangis. Aku hanya tidak sengaja meneteskan satu tetes air mata. Mungkin karena angin yang sejak tadi berhembus kearah mataku. Buru buru kuseka air mataku.

Aku tidak boleh meneteskan lebih banyak lagi, batinku.
Hari ini rasanya panjang sekali. Aku terus berjalan. Aku tak mau menoleh kemanapun. Aku sedang tak ingin memperhatikan apapun. Kudengar langkah kakiku yang terseret bergesekan dengan daun daun kering dijalan. 

Aku lelah sekali. 
Aku mau pulang.

KESEDIHAN YANG KOMPLEKS

Hari ini hari Senin, 14 Februari 2022. Cuaca sedang sangat ekstrim hingga sebagian besar penghuni bumi mengalami flu. Ya, sebagian besar. Mu...