SEJARAH INDONESIA

Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat
panjang yang dimulai sejak zaman prasejarah
berdasarkan penemuan "Manusia Jawa"
yang berusia 1,7 juta tahun yang lalu. Periode sejarahIndonesia
dapat dibagi menjadi lima era: Era Prakolonial, munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha serta Islam di Jawa dan Sumatera
yang terutama mengandalkan perdagangan. Era Kolonial,
masuknya orang-orang Eropayang
menginginkan rempah-rempah
mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal abad ke-17
hingga pertengahan abad ke-20.
Era Kemerdekaan Awal, pasca-Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia (1945) sampai jatuhnya Soekarno
(1966). Era Orde Baru,
32 tahun masa pemerintahan Soeharto
(1966–1998).serta Era Reformasi yang berlangsung sampai
sekarang.

1.
ERA PRAKOLONIAL
Para cendekiawan India telah menulis tentang
Dwipantara atau kerajaan Hindu Jawa Dwipa di pulau Jawa dan Sumatra sekitar 200
SM. Bukti fisik awal yang menyebutkan mengenai adanya dua kerajaan bercorak
Hinduisme pada abad ke-5, yaitu: Kerajaan Tarumanagara yang menguasai Jawa
Barat dan Kerajaan Kutai di pesisir Sungai Mahakam, Kalimantan. Pada tahun 425
agama Buddha telah mencapai wilayah tersebut. Di saat Eropa memasuki masa
Renaisans, Nusantara telah mempunyai warisan peradaban berusia ribuan tahun
dengan dua kerajaan besar yaitu Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit di Jawa,
ditambah dengan puluhan kerajaan kecil yang sering kali menjadi vazal
tetangganya yang lebih kuat atau saling terhubung dalam semacam ikatan
perdagangan (seperti di Maluku).
a.
Kerajaan Hindu-Buddha
Pada abad ke-4 hingga abad ke-7 di wilayah
Jawa Barat terdapat kerajaan bercorak Hindu-Budha yaitu kerajaan Tarumanagara
yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda
sampai abad ke-16.Pada masa abad ke-7
hingga abad ke-14,
kerajaan Buddha Sriwijaya
berkembang pesat di Sumatra.Penjelajah Tiongkok I Ching
mengunjungi ibukotanya Palembang
sekitar tahun 670.Pada puncak
kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat
dan Semenanjung Melayu.Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya
sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur,
Majapahit.Patih
Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada
berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah
Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu.Warisan dari masa Gajah
Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat
dalam wiracaritaRamayana.


Prasasti
Tugu peninggalan Raja
b.
Kerajaan Islam
Islam sebagai sebuah pemerintahan hadir di
Indonesia sekitar abad ke-12, namun sebenarnya Islam sudah sudah masuk ke
Indonesia pada abad 7 Masehi. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan
bersifat internasional melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di
Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat sejak abad 7.
Menurut sumber-sumber Cina menjelang akhir
perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab
muslim di pesisir pantai Sumatera. Islam pun memberikan pengaruh kepada
institusi politik yang ada. Hal ini nampak pada Tahun 100 H (718 M) Raja
Sriwijaya Jambi yang bernama Srindravarman mengirim surat kepada Khalifah Umar
bin Abdul Aziz dari Kekhalifahan Bani Umayyah meminta dikirimkan da'i yang bisa
menjelaskan Islam kepadanya. Surat itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah
keturunan seribu raja, yang isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam
kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua
sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus
yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja Arab yang
tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Allah. Saya telah mengirimkan kepada
anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi
sekedar tanda persahabatan.Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang
yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang
hukum-hukumnya.”Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang
semula Hindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama 'Sribuza
Islam'. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan oleh Sriwijaya Palembang
yang masih menganut Budha.
Islam terus mengokoh menjadi institusi politik
yang mengemban Islam.Misalnya, sebuah kesultanan Islam bernama Kesultanan
Peureulak didirikan pada 1 Muharram 225 H atau 12 November 839 M. Contoh lain
adalah Kerajaan Ternate.Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun
1440.Rajanya seorang Muslim bernama Bayanullah.
Kesultanan Islam kemudian semikin menyebarkan
ajaran-ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan Hindu sebagai
kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di Jawa dan Sumatera.Hanya Bali yang
tetap mempertahankan mayoritas Hindu.Di kepulauan-kepulauan di timur,
rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-16
dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di
kepulauan-kepulauan tersebut.
Penyebaran Islam dilakukan melalui hubungan perdagangan
di luar Nusantara. Hal ini, karena para penyebar dakwah atau mubaligh merupakan
utusan dari pemerintahan Islam yang datang dari luar Indonesia, maka untuk
menghidupi diri dan keluarga mereka, para mubaligh ini bekerja melalui cara
berdagang, para mubaligh inipun menyebarkan Islam kepada para pedagang dari penduduk
asli, hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk
lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaan lah yang pertama mengadopsi
agama baru tersebut. Kerajaan Islam penting termasuk di antaranya: Kerajaan
Samudera Pasai, Kesultanan Banten yang menjalin hubungan diplomatik dengan
negara-negara Eropa, Kerajaan Mataram, Kerajaan Iha, Kesultanan Ternate dan
Kesultanan Tidore di Maluku.

2.
ERA KOLONIAL
a.
Kolonisasi Portugis dan Spanyol
Afonso (kadang juga ditulis Alfonso) de Albuquerque.
Karena tokoh inilah, yang membuat kawasan Nusantara waktu itu dikenal oleh
orang Eropa dan dimulainya Kolonisasi berabad-abad oleh Portugis bersama bangsa
Eropa lain, terutama Inggris dan Belanda.
Dari Sungai Tagus yang bermuara ke Samudra Atlantik
itulah armada Portugis mengarungi Samudra Atlantik, yang mungkin memakan waktu
sebulan hingga tiga bulan, melewati Tanjung Harapan Afrika, menuju Selat
Malaka.Dari sini penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan Maluku untuk mencari
rempah-rempah, komoditas yang setara emas kala itu.
”Pada abad 16 saat petualangan itu dimulai
biasanya para pelaut negeri Katolik itu diberkati oleh pastor dan raja sebelum
berlayar melalui Sungai Tagus,” kata Teresa. Biara St Jeronimus atau Biara Dos
Jeronimos dalam bahasa Portugis itu didirikan oleh Raja Manuel pada tahun 1502
di tempat saat Vasco da Gama memulai petualangan ke timur.Museum Maritim atau
orang Portugis menyebut Museu de Marinha itu didirikan oleh Raja Luis pada 22
Juli 1863 untuk menghormati sejarah maritim Portugis.
Selain patung di taman, lukisan Afonso de
Albuquerque juga menjadi koleksi museum itu. Di bawah lukisan itu tertulis,
”Gubernur India 1509-1515. Peletak dasar Kerajaan Portugis di India yang
berbasis di Ormuz, Goa, dan Malaka.Pionir kebijakan kekuatan laut sebagai
kekuatan sentral kerajaan”.Berbagai barang perdagangan Portugis juga dipamerkan
di museum itu, bahkan gundukan lada atau merica.
Ada sejumlah motivasi mengapa Kerajaan
Portugis memulai petualangan ke timur. Ahli sejarah dan arkeologi Islam Uka
Tjandrasasmita dalam buku Indonesia-Portugal: Five Hundred Years of Historical
Relationship (Cepesa, 2002), mengutip sejumlah ahli sejarah, menyebutkan tidak
hanya ada satu motivasi Kerajaan Portugis datang ke Asia. Ekspansi itu mungkin
dapat diringkas dalam tiga kata bahasa Portugis, yakni feitoria, fortaleza, dan
igreja. Arti harfiahnya adalah emas, kejayaan, dan gereja atau perdagangan,
dominasi militer, dan penyebaran agama Katolik.
Menurut Uka, Albuquerque, Gubernur Portugis
Kedua dari Estado da India, Kerajaan Portugis di Asia, merupakan arsitek utama
ekspansi Portugis ke Asia. Dari Goa, ia memimpin langsung ekspedisi ke Malaka
dan tiba di sana awal Juli 1511 membawa 15 kapal besar dan kecil serta 600
tentara. Ia dan pasukannya mengalahkan Malaka 10 Agustus 1511. Sejak itu
Portugis menguasai perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa.Setelah
menguasai Malaka, ekspedisi Portugis yang dipimpin Antonio de Abreu mencapai
Maluku, pusat rempah-rempah.
I.
Periode Kejayaan Portugis di Nusantara
Periode 1511-1526, selama 15 tahun, Nusantara
menjadi pelabuhan maritim penting bagi Kerajaan Portugis, yang secara reguler
menjadi rute maritim untuk menuju Pulau Sumatera, Jawa, Banda, dan Maluku.
Pada tahun 1511 Portugis mengalahkan Kerajaan
Malaka.
Pada tahun 1512 Portugis menjalin komunikasi
dengan Kerajaan Sunda untuk menandatangani perjanjian
dagang, terutama lada. Perjanjian dagang tersebut kemudian diwujudkan pada tanggal
21 Agustus 1522 dalam bentuk dokumen kontrak yang dibuat rangkap dua, satu
salinan untuk raja Sunda dan satu lagi untuk raja Portugal. Pada hari yang sama
dibangun sebuah prasasti yang disebut Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal di suatu tempat
yang saat ini menjadi sudut Jalan Cengkeh dan Jalan Kali Besar Timur I, Jakarta
Barat. Dengan perjanjian ini maka Portugis dibolehkan membangun gudang atau
benteng di Sunda Kelapa.
Pada tahun 1512 juga Afonso de Albuquerque
mengirim Antonio Albreu dan Franscisco Serrao untuk memimpin armadanya mencari
jalan ke tempat asal rempah-rempah di Maluku.Sepanjang perjalanan, mereka
singgah di Madura, Bali, dan Lombok.Dengan menggunakan nakhoda-nakhoda Jawa,
armada itu tiba di Kepulauan Banda, terus menuju Maluku Utara hingga tiba di
Ternate.
Kehadiran Portugis di perairan dan kepulauan
Indonesia itu telah meninggalkan jejak-jejak sejarah yang sampai hari ini masih
dipertahankan oleh komunitas lokal di Nusantara, khususnya flores, Solor dan
Maluku, di Jakarta Kampong Tugu yang terletak di bagian Utara Jakarta, antara
Kali Cakung, pantai Cilincing dan tanah Marunda.
Bangsa Eropa pertama yang menemukan Maluku
adalah Portugis, pada tahun 1512.Pada waktu itu 2 armada Portugis,
masing-masing dibawah pimpinan Anthony d'Abreu dan Fransisco Serau, mendarat di
Kepulauan Banda dan Kepulauan Penyu. Setelah mereka menjalin persahabatan
dengan penduduk dan raja-raja setempat - seperti dengan Kerajaan Ternate di
pulau Ternate, Portugis diberi izin untuk mendirikan benteng di Pikaoli,
begitupula Negeri Hitu lama, dan Mamala di Pulau Ambon.Namun hubungan dagang
rempah-rempah ini tidak berlangsung lama, karena Portugis menerapkan sistem
monopoli sekaligus melakukan penyebaran agama Kristen. Salah seorang misionaris
terkenal adalah Francis Xavier. Tiba di Ambon 14 Pebruari 1546, kemudian
melanjutkan perjalanan ke Ternate, tiba pada tahun 1547, dan tanpa kenal lelah
melakukan kunjungan ke pulau-pulau di Kepulauan Maluku untuk melakukan
penyebaran agama. Persahabatan Portugis dan Ternate berakhir pada tahun
1570.Peperangan dengan Sultan Babullah selama 5 tahun (1570-1575), membuat
Portugis harus angkat kaki dari Ternate dan terusir ke Tidore dan Ambon.
Perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis,
dimanfaatkan Belanda untuk menjejakkan kakinya di Maluku.Pada tahun 1605,
Belanda berhasil memaksa Portugis untuk menyerahkan pertahanannya di Ambon
kepada Steven van der Hagen dan di Tidore kepada Cornelisz Sebastiansz.Demikian
pula benteng Inggris di Kambelo, Pulau Seram, dihancurkan oleh Belanda.Sejak
saat itu Belanda berhasil menguasai sebagian besar wilayah Maluku.Kedudukan
Belanda di Maluku semakin kuat dengan berdirinya VOC pada tahun 1602, dan sejak
saat itu Belanda menjadi penguasa tunggal di Maluku.Di bawah kepemimpinan Jan
Pieterszoon Coen, Kepala Operasional VOC, perdagangan cengkih di Maluku sepunuh
di bawah kendali VOC selama hampir 350 tahun.Untuk keperluan ini VOC tidak
segan-segan mengusir pesaingnya; Portugis, Spanyol, dan Inggris.Bahkan puluhan
ribu orang Maluku menjadi korban kebrutalan VOC.
Kemudian mereka membangun benteng di Ternate
tahun 1511, kemudian tahun 1512 membangun Benteng di Amurang Sulawesi
Utara.Portugis kalah perang dengan Spanyol maka daerah Sulawesi utara
diserahkan dalam kekuasaan Spanyol (1560 hingga 1660).Kerajaan Portugis
kemudian dipersatukan dengan Kerajaan Spanyol. (Baca buku :Sejarah
Kolonial Portugis di Indonesia, oleh David DS Lumoindong). Abad 17 datang
armada dagang VOC (Belanda) yang kemudian berhasil mengusir Portugis dari
Ternate, sehingga kemudian Portugis mundur dan menguasai Timor timur (sejak
1515).
Kolonialisme dan Imperialisme mulai merebak di
Indonesia sekitar abad ke-15, yaitu diawali dengan pendaratan bangsa Portugis
di Malaka dan bangsa Belanda yang dipimpin Cornellis de Houtman pada tahun
1596, untuk mencari sumber rempah-rempah dan berdagang.
II.
Perlawanan Rakyat Malaka terhadap Portugis
Pada tahun 1511, armada Portugis yang dipimpin
oleh Albuquerque menyerang Kerajaan Malaka.Untuk menyerang colonial Portugis di
Malaka yang terjadi pada tahun 1513 mengalami kegagalan karena kekuatan dan
persenjataan Portugis lebih kuat. Pada tahun 1527, armada Demak di bawah
pimpinan Fatahillah/Falatehan dapat menguasai Banten,Sunda Kelapa, dan Cirebon.
Armada Portugis dapat dihancurkan oleh Fatahillah/Falatehan dan ia kemudian
mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang artinya kemenangan besar,
yang kemudian menjadi Jakarta.
III.
Perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis
Mulai tahun 1554 hingga tahun 1555, upaya
Portugis tersebut gagal karena Portugis mendapat perlawanan keras dari rakyat
Aceh.Pada saat Sultan Iskandar Muda berkuasa, Kerajaan Aceh pernah menyerang
Portugis di Malaka pada tahun 1615 dan 1629.
IV.
Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis
Bangsa Portugis pertama kali mendarat di
Maluku pada tahun 1511.Kedatangan Portugis berikutnya pada tahun 1513.Akan
tetapi, Ternate merasa dirugikan oleh Portugis karena keserakahannya dalam
memperoleh keuntungan melalui usaha monopoli perdagangan rempah-rempah.
Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan
kepada seluruh rakyat Maluku untuk mengusir Portugis di Maluku. Pada tahun
1570, rakyat Ternate yang dipimpin oleh Sultan Hairun dapat kembali melakukan
perlawanan terhadap bangsa Portugis, namun dapat diperdaya oleh Portugis hingga
akhirnya tewas terbunuh di dalam Benteng Duurstede. Selanjutnya dipimpin oleh
Sultan Baabullah pada tahun 1574.Portugis diusir yang kemudian bermukim di
Pulau Timor.
b. Kolonisasi
Spanyol
Ferdinand Magelhaens. Karena tokoh inilah, yang memimpin
armada yang pertama kali mengelilingi dunia dan membuktikan bahwa bumi bulat,
saat itu orang Eropamengenal bumi
datar. Dimulainya Kolonisasi berabad-abad
oleh Spanyol bersama bangsa
Eropa lain, terutama Portugis,Inggris dan Belanda.
Dari Spanyol ke Samudra Pasifik itulah armada
Portugis mengarungi Samudra Pasifik, melewati Tanjung Harapan Afrika, menuju Selat Malaka. Dari sini
penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah, komoditas
yang setara emas kala itu.
Sebelum menguasai kepulauan Filipina pada
1543, Spanyol menjadikan pulau Manado Tua sebagai tempat persinggahan untuk
memperoleh air tawar.Dari pulau tersebut kapal-kapal Spanyol memasuki daratan
Sulawesi-Utara melalui sungai Tondano. Hubungan musafir Spanyol dengan penduduk
pedalaman terjalin melalui barter ekonomi bermula di Uwuran (sekarang kota
Amurang) ditepi sungai Rano I Apo. Perdagangan barter berupa beras, damar, madu
dan hasil hutan lainnya dengan ikan dan garam.
Gudang Kopi Manado dan Minahasa menjadi
penting bagi Spanyol, karena kesuburan tanahnya dan digunakan Spanyol untuk
penanaman kofi yang berasal dari Amerika-Selatan untuk dipasarkan ke daratan
Cina.Untuk itu di- bangun Manado sebagai menjadi pusat niaga bagi pedagang Cina
yang memasarkan kofi kedaratan Cina.Nama Manado dicantumkan dalam peta dunia
oleh ahli peta dunia, Nicolas_Desliens‚ pada 1541.Manado juga menjadi daya
tarik masyarakat Cina oleh kofi sebagai komoditi ekspor masyarakat pedalaman
Manado dan Minahasa.Para pedagang Cina merintis pengembangan gudang kofi (kini
seputar Pasar 45) yang kemudian menjadi daerah pecinan dan pemukiman.Para
pendatang dari daratan Cina berbaur dan berasimilasi dengan masyarakat
pedalaman hingga terbentuk masyarakat pluralistik di Manado dan Minahasa
bersama turunan Spanyol, Portugis dan Belanda.
Kemunculan nama Manado di Sulawesi Utara
dengan berbagai kegiatan niaga yang dilakukan Spanyol menjadi daya tarik
Portugis sejak memapankan posisinya di Ternate .Untuk itu Portugis melakukan
pendekatan mengirim misi Katholik ke tanah Manado dan Minahasa pada 1563 dan
mengembangkan agama dan pendidikan Katholik. Lomba Adu Pengaruh di Laut
Sulawesi
Antara Minahasa dengan Ternate ada dua pulau
kecil bernama Mayu dan Tafure.Kemudian kedua pulau tadi dijadikan pelabuhan
transit oleh pelaut Minahasa.Waktu itu terjadi persaingan Portugis dan Spanyol
dimana Spanyol merebut kedua pulau tersebut.Pandey asal Tombulu yang menjadi
raja di pulau itu lari dengan armada perahunya kembali ke Minahasa, tapi karena
musim angin barat lalu terdampar di Gorontalo.Anak lelaki Pandey bernama
Potangka melanjutkan perjalanan dan tiba di Ratahan. Di Ratahan, dia diangkat
menjadi panglima perang karena dia ahli menembak meriam dan senapan Portugis
untuk melawan penyerang dari Mongondouw di wilayah itu. Tahun 1563 diwilayah
Ratahan dikenal orang Ternate dengan nama “Watasina” karena ketika diserang
armada Kora-kora Ternate untuk menhalau Spanyol dari wilayah itu (buku “De
Katholieken en hare Missie” tulisan A.J. Van Aernsbergen). Tahun 1570 Portugis
dan Spanyol bersekongkol membunuh raja Ternate sehinga membuat keributan besar
di Ternate.Ketika itu banyak pedagang Islam Ternate dan Tidore lari ke
Ratahan.Serangan bajak laut meningkat di Ratahan melalui Bentenan, bajak laut
menggunakan budak-budak sebagai pendayung.Para budak tawanan bajak laut lari ke
Ratahan ketika malam hari armada perahu bajak laut dirusak prajurit Ratahan –
Pasan.Kesimpulan sementara yang dapat kita ambil dari kumpulan cerita ini
adalah Penduduk asli wilayah ini adalah Touwuntu di wilayah dataran rendah
sampai tepi pantai Toulumawak di pegunungan, mereka adalah keturunan Opok
Soputan abad ke-tujuh.Nama Opo' Soputan ini muncul lagi sebagai kepala walak
wilayah itu abad 16 dengan kepala walak kakak beradik Raliu dan
Potangkuman.Penduduk wilayah ini abad 16 berasal dari penduduk asli dan para
pendatang dari Tombulu, Tompakewa, Tonsea, Ternate dan tawanan bajak laut
mungkin dari Sangihe.
I.
Perjuangan Minahasa Melawan Spanyol
Ratu Oki berkisar
pada tahun 1644 sampai 1683.Waktu itu, terjadi perang yang hebat antara anak
suku Tombatu dengan para orang-orang Spanyol.Perang itu dipicu oleh
ketidaksenangan anak suku Tombatu terhadap orang-orang Spanyol yang ingin
menguasai perdagangan terutama terhadap komoditi beras, yang kala itu merupakan
hasil bumi andalan warga Kali.Di samping itu kemarahan juga diakibatkan oleh
kejahatan orang-orang Spanyol terhadap warga setempat, terutama kepada para
perempuannya.Perang itu telah mengakibatkan tewasnya 40 tentara Spanyol di Kali
dan Batu (lokasi Batu Lesung sekarang red).Naasnya, di pihak anak suku Tombatu,
telah mengakibatkan tewasnya Panglima Monde bersama 9 orang tentaranya.
Panglima Monde tidak lain adalah suaminya Ratu Oki. Menurut yang dikisahkan
dalam makalah itu, Panglima Monde tewas setelah mati-matian membela istrinya,
Ratu Oki.Menurut P.A. Gosal, dkk., dalam masa kekuasaan Ratu Oki, anak suku
Toundanow yang mendiami sekitar danau Bulilin hidup sejahtera, aman dan
tenteram. Atas kebijaksanaan dan kearifannya memimpin anak suku Toudanow maka
Ratu Oki disahkan juga sebagai Tonaas atau Balian.Selama kepemimpinnan Ratu
Oki, Spanyol dan Belanda tidak pernah menguasai atau menjajah anak Toundanow.
II.
Perang Minahasa
lawan Spanyol
Para
pelaut awak kapal Spanyol berdiam di Minahasa dan bahkan membaur dengan
masyarakat.Mereka menikah dengan wanita-wanita Minahasa, sehingga keturunan
mereka menjadi bersaudara dengan warga pribumi.
Tahun
1643 pecah perang Minaesa Serikat melawan kerajaan Spanyol. Dalam suatu
peperangan di Tompaso, pasukan spanyol dibantu pasukan Raja Loloda Mokoagouw II
dipukul kalah, mundur oleh gabungan pasukan serikat Minaesa, dikejar hingga
dipantai tapi tahun 1694 dalam suatu peperangan di Tompaso, pasukan Raja Loloda
Mokoagouw II dipukul kalah, mundur oleh gabungan pasukan serikat Minahasa,
dikejar hingga ke pantai tapi dicegah dan ditengahi oleh Residen V.O.C. Herman
Jansz Steynkuler. Pada tahun 1694 bulan September tanggal 21, diadakanlah
kesepakatan damai, dan ditetapkan perbatasan Minahasa adalah sungai
Poigar.Pasukan Serikat Minaesa yang berasal dari Tompaso menduduki Tompaso
Baru, Rumoong menetap di Rumoong Bawah, Kawangkoan mendiami Kawangkoan bawah,
dan lain sebagainya.
Pada
pasa pemerintahan kolonial Belanda maka daerah ini semula masih otonom tetapi
lama kelamaan kelamaan kekuasaan para raja dikurangi dengan diangkatnya raja
menjadi pejabat pemerintahan Belanda, sehingga raja tinggal menjadi pejabat
wilayah setingkat 'camat'.
c. Kolonisasi VOC
Mulai tahun 1602Belanda secara
perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia, dengan
memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah
menggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak terpengaruh adalah Timor Portugis, yang tetap
dikuasai Portugal hingga 1975 ketika berintegrasi menjadi provinsi
Indonesia bernama Timor Timur. Belanda
menguasai Indonesia selama hampir 350 tahun, kecuali untuk suatu masa pendek di
mana sebagian kecil dari Indonesia dikuasai Britania setelah Perang Jawa Britania-Belanda dan masa
penjajahan Jepang pada masa Perang Dunia II. Sewaktu
menjajah Indonesia, Belanda mengembangkan Hindia-Belanda menjadi salah
satu kekuasaan kolonial terkaya di dunia.350 tahun penjajahan Belanda bagi
sebagian orang adalah mitos belaka karena wilayah Aceh baru ditaklukkan
kemudian setelah Belanda mendekati kebangkrutannya.
Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak
dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang
bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (bahasa Belanda: Verenigde
Oostindische Compagnie atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap
perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda
pada tahun 1602.Markasnya berada
di Batavia, yang kini
bernama Jakarta.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di Nusantara.Hal
ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di
kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap
orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk
tersebut.Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan
Belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian
mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak
yang bekerja di perkebunan pala.
VOC menjadi terlibat dalam politik internal
Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin
Mataram dan Banten.
d. Kolonisasi
pemerintah Belanda

Setelah VOC jatuh bangkrut pada akhir abad ke-18 dan setelah
kekuasaan Britania yang pendek di bawah Thomas Stamford Raffles, pemerintah Belanda mengambil alih
kepemilikan VOC pada tahun 1816.Sebuah
pemberontakan di Jawa berhasil ditumpas dalam Perang Diponegoro pada tahun 1825-1830.Setelah tahun 1830 sistem tanam paksa yang dikenal
sebagai cultuurstelsel dalam bahasa Belanda mulai
diterapkan.Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil
perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu, seperti teh, kopi dll.Hasil tanaman itu kemudian diekspor ke
mancanegara.Sistem ini membawa kekayaan yang besar kepada para pelaksananya -
baik yang Belanda maupun yang Indonesia.Sistem tanam paksa ini adalah monopoli
pemerintah dan dihapuskan pada masa yang lebih bebas setelah 1870.
Pada 1901 pihak Belanda mengadopsi apa yang mereka
sebut Politik Etis, yang termasuk
investasi yang lebih besar dalam pendidikan bagi orang-orang pribumi, dan sedikit
perubahan politik. Di bawah gubernur-jendral J.B. van Heutsz pemerintah Hindia-Belanda
memperpanjang kekuasaan kolonial secara langsung di sepanjang Hindia-Belanda,
dan dengan itu mendirikan fondasi bagi negara Indonesia saat ini.
I.
Gerakan nasionalisme

Pada 1905 gerakan nasionalis yang pertama, Serikat Dagang Islam dibentuk dan kemudian diikuti pada
tahun 1908 oleh gerakan
nasionalis berikutnya, Budi Utomo. Belanda
merespon hal tersebut setelah Perang Dunia I dengan langkah-langkah
penindasan.Para pemimpin nasionalis berasal dari kelompok kecil yang terdiri
dari profesional muda dan pelajar, yang beberapa di antaranya telah dididik di
Belanda.Banyak dari mereka yang dipenjara karena kegiatan politis, termasuk
Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno.
II.
Perang Dunia II
Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda
diduduki oleh NaziJerman. Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan
di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke Amerika Serikat dan Britania.Negosiasi dengan
Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di
Juni 1941, dan Jepang
memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang
sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi
terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang
pada Maret 1942.
e. Pendudukan Jepang
Era JepangPada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran
Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga
dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang.Soekarno, Mohammad Hatta, dan para Kyai
memperoleh penghormatan dari Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman
dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana
seseorang hidup dan status sosial orang tersebut.Bagi yang tinggal di daerah
yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman
mati, dan kejahatan perang lainnya.Orang Belanda dan campuran
Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.
Pada Maret 1945 Jepang membentuk Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada pertemuan
pertamanya di bulan Mei, Soepomo membicarakan
integrasi nasional dan melawan individualisme perorangan; sementara itu Muhammad Yamin mengusulkan
bahwa negara baru tersebut juga sekaligus mengklaim Sarawak, Sabah, Malaya, Portugis Timur, dan seluruh wilayah
Hindia-Belanda sebelum perang.
Pada 9 Agustus1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman Widjodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka
dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang
menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.
3.
ERA KEMERDEKAAN
a.
Proklamasi kemerdekaan
Mendengar kabar bahwa Jepang tidak lagi
mempunyai kekuatan untuk membuat keputusan seperti itu pada 16 Agustus,
Soekarno membacakan "Proklamasi" pada hari berikutnya.


Suasana Proklamasi Kemerdekaan
Kabar mengenai proklamasi menyebar melalui
radio dan selebaran sementara pasukan militer Indonesia pada masa perang,
Pasukan Pembela Tanah Air (PETA), para pemuda, dan lainnya langsung berangkat
mempertahankan kediaman Soekarno.


Tokoh Proklamasi Indonesia
Pada
18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik
Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dengan
menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya.Kemudian
dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara
hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan
baru pada 31 Agustus dan menghendaki Republik Indonesia yang terdiri dari 8
provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk wilayah Sabah, Sarawak dan
Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku (termasuk Papua)
dan Nusa Tenggara.
b.
Perang kemerdekaan
Teks proklamasi

Dari 1945 hingga 1949, persatuan kelautan
Australia yang bersimpati dengan usaha kemerdekaan, melarang segala pelayaran
Belanda sepanjang konflik ini agar Belanda tidak mempunyai dukungan logistik
maupun suplai yang diperlukan untuk membentuk kembali kekuasaan kolonial.
Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi
perlawanan yang kuat.Setelah kembali ke Jawa, pasukan Belanda segera merebut
kembali ibukota kolonial Batavia, akibatnya para nasionalis menjadikan
Yogyakarta sebagai ibukota mereka.Pada 27 Desember 1949 (lihat artikel tentang
27 Desember 1949), setelah 4 tahun peperangan dan negosiasi, Ratu Juliana dari
Belanda memindahkan kedaulatan kepada pemerintah Federal Indonesia.Pada 1950,
Indonesia menjadi anggota ke-60 PBB.
I.
Demokrasi parlementer
Tidak lama setelah itu, Indonesia mengadopsi
undang-undang baru yang terdiri dari sistem parlemen di mana dewan eksekutifnya
dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada parlemen atau MPR. MPR terbagi kepada
partai-partai politik sebelum dan sesudah pemilu pertama pada tahun 1955,
sehingga koalisi pemerintah yang stabil susah dicapai.
Peran Islam di Indonesia menjadi hal yang
rumit. Soekarno lebih memilih negara sekuler yang berdasarkan Pancasila
sementara beberapa kelompok Muslim lebih menginginkan negara Islam atau
undang-undang yang berisi sebuah bagian yang menyaratkan umat Islam takluk
kepada hukum Islam.Demokrasi Parlementer, adalah suatu demokrasi yang
menempatkan kedudukan badan legislatif lebih tinggi dari pada badan eksekutif.
Kepala pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana Menteri.Perdana menteri dan
menteri-menteri dalam kabinet diangkat dan diberhentikan oleh parlemen.Dalam
demokrasi parlementer Presiden menjabat sebagai kepala negara.
II.
Demokrasi Terpimpin
Pemberontakan yang gagal di Sumatera,
Sulawesi, Jawa Barat dan pulau-pulau lainnya yang dimulai sejak 1958, ditambah
kegagalan MPR untuk mengembangkan konstitusi baru, melemahkan sistem parlemen
Indonesia. Akibatnya pada 1959 ketika Presiden Soekarno secara unilateral
membangkitkan kembali konstitusi 1945 yang bersifat sementara, yang memberikan
kekuatan presidensil yang besar, dia tidak menemui banyak hambatan.
Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno
berkuasa dalam rezim yang otoriter di bawah label "Demokrasi
Terpimpin". Dia juga menggeser kebijakan luar negeri Indonesia menuju
non-blok, kebijakan yang didukung para pemimpin penting negara-negara bekas
jajahan yang menolak aliansi resmi dengan Blok Barat maupun Blok Uni Soviet.
Para pemimpin tersebut berkumpul di Bandung, Jawa Barat pada tahun 1955 dalam
KTT Asia-Afrika untuk mendirikan fondasi yang kelak menjadi Gerakan Non-Blok.
Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, Soekarno
bergerak lebih dekat kepada negara-negara komunis Asia dan kepada Partai Komunis
Indonesia (PKI) di dalam negeri. Meski PKI merupakan partai komunis terbesar di
dunia di luar Uni Soviet dan China, dukungan massanya tak pernah menunjukkan
penurutan ideologis kepada partai komunis seperti di negara-negara lainnya.
c.
Nasib Irian Barat
Pada saat kemerdekaan, pemerintah Belanda
mempertahankan kekuasaan terhadap belahan barat pulau Nugini (Papua), dan
mengizinkan langkah-langkah menuju pemerintahan-sendiri dan pendeklarasian
kemerdekaan pada 1 Desember 1961.
Negosiasi dengan Belanda mengenai penggabungan
wilayah tersebut dengan Indonesia gagal, dan pasukan penerjun payung Indonesia
mendarat di Irian pada 18 Desember sebelum kemudian terjadi pertempuran antara
pasukan Indonesia dan Belanda pada 1961 dan 1962. Pada 1962 Amerika Serikat
menekan Belanda agar setuju melakukan perbincangan rahasia dengan Indonesia
yang menghasilkan Perjanjian New York pada Agustus 1962, dan Indonesia
mengambil alih kekuasaan terhadap Irian Jaya pada 1 Mei 1963.
d.
Konfrontasi Indonesia-Malaysia
Soekarno menentang pembentukan Federasi
Malaysia dan menyebut bahwa hal tersebut adalah sebuah "rencana
neo-kolonial" untuk mempermudah rencana komersial Inggris di wilayah
tersebut. Selain itu dengan pembentukan Federasi Malaysia, hal ini dianggap
akan memperluas pengaruh imperialisme negara-negara Barat di kawasan Asia dan
memberikan celah kepada negara Inggris dan Australia untuk memengaruhi
perpolitikan regional Asia. Menanggapi keputusan PBB untuk mengakui kedaulatan
Malaysia dan menjadikan Malaysia anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB,
presiden Soekarno mengumumkan pengunduran diri negara Indonesia dari
keanggotaan PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan mendirikan Konferensi Kekuatan
Baru (CONEFO) sebagai tandingan PBB dan GANEFO sebagai tandingan Olimpiade.
Pada tahun itu juga konfrontasi ini kemudian mengakibatkan pertempuran antara
pasukan Indonesia dan Malaysia (yang dibantu oleh Inggris).
e.
Gerakan 30 September
Hingga 1965, PKI telah menguasai banyak dari
organisasi massa yang dibentuk Soekarno untuk memperkuat dukungan untuk
rezimnya dan, dengan persetujuan dari Soekarno, memulai kampanye untuk
membentuk "Angkatan Kelima" dengan mempersenjatai pendukungnya. Para
petinggi militer menentang hal ini.
Pada 30 September 1965, enam jendral senior
dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada
para pengawal istana yang loyal kepada PKI. Panglima Komando Strategi Angkatan
Darat saat itu, Mayjen Soeharto, menumpas kudeta tersebut dan berbalik melawan
PKI.Soeharto lalu menggunakan situasi ini untuk mengambil alih kekuasaan.Lebih
dari puluhan ribu orang-orang yang dituduh komunis kemudian dibunuh.Jumlah
korban jiwa pada 1966 mencapai setidaknya 500.000; yang paling parah terjadi di
Jawa dan Bali.
4.
ERA ORDE BARU
Setelah Soeharto menjadi Presiden, salah satu
pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB
lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia
"bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan
partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali
pada tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima
pertama kalinya.
Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto
untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali
secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.

Pelantikan Presiden
Soeharto
Presiden Soeharto memulai "Orde
Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan
luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa
jabatannya.Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan
utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang
didominasi militer namun dengan nasihat dari ahli ekonomi didikan Barat.Selama
masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber
daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar
namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang kelaparan
dikurangi dengan besar pada tahun 1970-an dan 1980-an. Dia juga memperkaya
dirinya, keluarganya, dan rekan-rekan dekat melalui
korupsi yang merajalela.

Presiden Soeharto
a.
Irian Jaya
Setelah menolak supervisi dari PBB, pemerintah
Indonesia melaksanakan "Act of Free Choice" (Aksi Pilihan Bebas) di
Irian Jaya pada 1969 di mana 1.025 wakil kepala-kepala daerah Irian dipilih dan
kemudian diberikan latihan dalam bahasa Indonesia. Mereka secara konsensus
akhirnya memilih bergabung dengan Indonesia.Sebuah resolusi Sidang Umum PBB
kemudian memastikan perpindahan kekuasaan kepada Indonesia.Penolakan terhadap
pemerintahan Indonesia menimbulkan aktivitas-aktivitas gerilya berskala kecil
pada tahun-tahun berikutnya setelah perpindahan kekuasaan tersebut.Dalam
atmosfer yang lebih terbuka setelah 1998, pernyataan-pernyataan yang lebih
eksplisit yang menginginkan kemerdekaan dari Indonesia telah muncul.
b.
Timor Timur
Dari 1596 hingga 1975, Timor Timur adalah
sebuah jajahan Portugis di pulau Timor yang dikenal sebagai Timor Portugis dan
dipisahkan dari pesisir utara Australia oleh Laut Timor. Akibat kejadian
politis di Portugal, pejabat Portugal secara mendadak mundur dari Timor Timur
pada 1975. Dalam pemilu lokal pada tahun 1975, Fretilin, sebuah partai yang
dipimpin sebagian oleh orang-orang yang membawa paham Marxisme, dan UDT,
menjadi partai-partai terbesar, setelah sebelumnya membentuk aliansi untuk
mengkampanyekan kemerdekaan dari Portugal.
Pada 7 Desember 1975, pasukan Indonesia masuk
ke Timor Timur dalam sebuah operasi militer yang disebut Operasi Seroja.
Indonesia, yang mempunyai dukungan material dan diplomatik, dibantu peralatan
persenjataan yang disediakan Amerika Serikat dan Australia, berharap dengan
memiliki Timor Timur mereka akan memperoleh tambahan cadangan minyak dan gas
alam, serta lokasi yang strategis.
Pada masa-masa awal, pihak militer Indonesia
(ABRI) membunuh hampir 200.000 warga Timor Timur melalui pembunuhan, pemaksaan
kelaparan dan lain-lain. Banyak pelanggaran HAM yang terjadi saat Timor Timur
berada dalam wilayah Indonesia.
Pada 30 Agustus 1999, rakyat Timor Timur
memilih untuk memisahkan diri dari Indonesia dalam sebuah pemungutan suara yang
diadakan PBB. Sekitar 99% penduduk yang berhak memilih turut serta; 3/4-nya
memilih untuk merdeka. Segera setelah hasilnya diumumkan, dikabarkan bahwa
pihak militer Indonesia melanjutkan pengrusakan di Timor Timur, seperti merusak
infrastruktur di daerah tersebut.Pada Oktober 1999, MPR membatalkan dekrit 1976
yang mengintegrasikan Timor Timur ke wilayah Indonesia, dan Otorita Transisi
PBB (UNTAET) mengambil alih tanggung jawab untuk memerintah Timor Timur
sehingga kemerdekaan penuh dicapai pada Mei 2002 sebagai negara Timor Leste.
c.
Krisis ekonomi

Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya didampingi B.J. Habibie
Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang
krisis keuangan dan ekonomi Asia, disertai kemarau terburuk dalam 50 tahun
terakhir dan harga minyak, gas dan komoditas ekspor lainnya yang semakin
jatuh.Rupiah jatuh, inflasi meningkat tajam, dan perpindahan modal
dipercepat.Para demonstran, yang awalnya dipimpin para mahasiswa, meminta
pengunduran diri Soeharto. Di tengah gejolak kemarahan massa yang meluas, serta
ribuan mahasiswa yang menduduki gedung DPR/MPR, Soeharto mengundurkan diri pada
21 Mei 1998, tiga bulan setelah MPR melantiknya untuk masa bakti ketujuh.
Soeharto kemudian memilih sang Wakil Presiden, B. J. Habibie, untuk menjadi
presiden ketiga Indonesia.


Demonstrasi Besar Besaran
Menuntut Mundurnya Soeharto
5.
ERA REFORMASI
a.
Pemerintahan Habibie

Presiden Habibie segera membentuk sebuah
kabinet.Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari
Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program
pemulihan ekonomi.Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi
kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
b.
Pemerintahan Wahid

Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada
7 Juni 1999. PDI Perjuangan pimpinan putri Soekarno, Megawati Sukarnoputri
keluar menjadi pemenang pada pemilu parlemen dengan mendapatkan 34% dari
seluruh suara; Golkar (partai Soeharto - sebelumnya selalu menjadi pemenang
pemilu-pemilu sebelumnya) memperoleh 22%; Partai Persatuan Pembangunan pimpinan
Hamzah Haz 12%; Partai Kebangkitan Bangsa pimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
10%. Pada Oktober 1999, MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan
Megawati sebagai wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun.Wahid membentuk
kabinet pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal November 1999 dan
melakukan reshuffle kabinetnya pada Agustus 2000.
Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses
demokratisasi dan perkembangan ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di
samping ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, pemerintahannya juga
menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama di Aceh, Maluku, dan
Papua. Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak
mempunyai tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur
pro-Indonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar.
MPR yang semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden
Wahid, menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.
c.
Pemerintahan Megawati

Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus
2000, Presiden Wahid memberikan laporan pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari
2001, ribuan demonstran menyerbu MPR dan meminta Presiden agar mengundurkan
diri dengan alasan keterlibatannya dalam skandal korupsi. Di bawah tekanan dari
MPR untuk memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam pemerintahannya, dia
mengedarkan keputusan presiden yang memberikan kekuasaan negara sehari-hari
kepada wakil presiden Megawati.Megawati mengambil alih jabatan presiden tak lama
kemudian.Kabinet pada masa pemerintahan Megawati disebut dengan kabinet gotong
royong.
d.
Pemerintahan Yudhoyono

Pada 2004, pemilu satu hari terbesar di dunia
diadakan dan Susilo Bambang Yudhoyono tampil sebagai presiden baru Indonesia.
Pemerintah baru ini pada awal masa kerjanya telah menerima berbagai cobaan dan
tantangan besar, seperti gempa bumi besar di Aceh dan Nias pada Desember 2004
yang meluluh lantakkan sebagian dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005
yang mengguncang Sumatra.
Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan
bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh
Merdeka yang bertujuan mengakhiri konflik berkepanjangan selama 30 tahun di
wilayah Aceh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar